Kekeringan menghantui Jawa
- Sunu Probo Baskoro
- 11 Agu 2023
- 2 menit membaca

Fenomena kekeringan di Pulau Jawa adalah suatu peristiwa yang memengaruhi ketersediaan air di wilayah tersebut. Hal ini menjadi isu yang cukup serius mengingat Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Penyebab utama kekeringan di Pulau Jawa dapat dikaitkan dengan perubahan iklim yang mempengaruhi pola musim hujan, eksploitasi tak terkendali terhadap sumber daya air, dan penurunan kualitas lingkungan.
Secara umum, Pulau Jawa memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Namun, perubahan iklim global menyebabkan ketidakpastian dalam pola musim hujan di wilayah ini. Intensitas hujan yang turun menjadi tidak menentu, dan saat musim kemarau terjadi, curah hujan yang minim menyebabkan persediaan air alami berkurang. Fenomena siklus hujan yang tidak teratur berdampak langsung pada kekeringan di sebagian besar daerah di Pulau Jawa.
Selain itu, eksploitasi sumber daya air yang berlebihan juga merupakan faktor utama dalam kekeringan di Pulau Jawa. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi yang tinggi memicu meningkatnya permintaan air. Banyak sumber air alami, seperti sungai, danau, dan waduk, mengalami kekeringan karena tercemar atau dikuras secara berlebihan untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Selain itu, praktik pertanian konvensional yang tidak efisien seringkali menggunakan metode irigasi yang boros, menyebabkan peningkatan permintaan air yang berarti untuk sawah dan lahan pertanian lainnya.
Penurunan kualitas lingkungan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kekeringan di Pulau Jawa. Kekurangan vegetasi akibat deforestasi, perambahan hutan, dan kerusakan lingkungan lainnya mengurangi kapasitas tanah untuk menyerap dan melestarikan air hujan. Akibatnya, air hanya mengalir permukaan tanah, mereduksi resapan air ke dalam tanah dan mempercepat penguapan yang menyebabkan kekeringan yang lebih signifikan.
Untuk mengatasi fenomena kekeringan di Pulau Jawa, diperlukan tindakan preventif dan adaptif. Upaya konservasi terhadap sumber daya air harus ditingkatkan, termasuk pengelolaan yang berkelanjutan, peningkatan efisiensi penggunaan air, revitalisasi sumber air, serta perlunya diversifikasi sumber air. Selain itu, pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan, serta pedoman dan kebijakan yang mendukung dalam pengelolaan air, juga perlu diperhatikan.
Kesadaran dan partisipasi masyarakat juga merupakan faktor penting dalam menghadapi kekeringan. Pendidikan mengenai perubahan iklim, pengelolaan air yang berkelanjutan, dan praktik konservasi harus disebarkan melalui berbagai media serta melalui program-program pemerintah. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta perlu diintensifkan untuk menciptakan kesadaran bersama akan pentingnya menjaga sumber daya air demi mengatasi fenomena kekeringan di Pulau Jawa.
Comments